Blogger Jateng

ARGUMEN KRITIS GERAKAN TRANSFORMASI KI HAJAR DEWANTARA

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasaan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan diri, masyarakat dan Negara (Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, 2003). Berdasarkan pengertian pendidikan dari Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 di atas, menerangkan bahwa kebutuhan sebuah Pendidikan tidak hanya capaian pengetahuan saja dan tidak hanya memenuhi kebutuhan Negara saja akan tetapi adalah untuk memenuhi kodrat diri sendiri dan masyarakat. Sehingga hal ini sangat terkolerasi dengan Tranformasi yang dilakukan oleh Ki Hajar Dewantara terkait pendidikan di abad 20 dengan mendirikan Sekolah Tamansiswa sebagai gerbang emas kemerdekaan dan kebebasan kebudayaan bangsa.

Menurut Ki Hajar Dewantara dalam Pidatonya pada tanggal 7 November 1956 saat menerima penganugerahan honoris causa oleh Universitas Gadjah Mada, pendidikan zaman kolonial di abad 16 – 19 masih bertujuan pada profit oriented, yaitu pada pemenuhan pegawai dan pemenuhan kebutuhan perdagangan. Sehingga, abad ke 20 Ki Hajar Dewantara melakukan Tranformasi Pendidikan dengan mendirikan Sekolah Taman Siswa yang proses belajar dan pembelajarannya di sesuiaikan dengan budaya Indonesia dan masyarakat saat itu. Hal ini semakin diperkuat oleh statement  beliau terkait lulusan sekolah tamansiswa dan sekolah nasional lainnya yang tanpa campur tangan pemerintah Hindia Belanda saat itu banyak yang ikut serta dalam segala usaha kenegaraan baik dalam gerakan revolusi maupun dalam usaha pembangunan bangsa dan Negara (Dikti, 2022). Pesan  demi pesan yang disampaikan oleh beliau saat pidato, mempunyai makna himbauan serta arahan agar dapat menelaah kembali sistem pendidikan di Indonesia sesuai dengan hikmah pejalanan pendidikan di zaman kolonial, bahwa dengan memasukan unsur kebudayaan yang ada di Indonesia merupakan bentuk perwujudan cita-cita bangsa.

Perjalanan pendidikan di zaman kolonial yang disampaikan oleh Ki Hajar Dewantara serta kerumitan proses masuknya kebudayaan barat yang bisa mengancam kebudayaan asli Indonesia, juga tergambar dengan keadaan pendidikan Indonesia belakangan ini serta proses perkembangan teknologi yang begitu cepat juga menjadi kekhawatiran bagi wajah Pendidikan Indonesia. Menurut Nurul Zuriah dalam bukunya yang berjudul Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspekif Perubahan, bahwa semakin tingginya kasus amoral/asusila yang terjadi di Indonesia. Hal ini bagi sektor pendidikan menurutnya sudah harus membuat inovasi cerdas dalam Sistem Pendidikan dengan memberikan pemahaman tentang pendidikan moral dan budi pekerti beserta detail pelaksanaannya (Zuriah, 2019). Sehingga, jika Tranformasi Ki Hajar Dewantara akan diadopsi pada perkembangan zaman sekarang dengan memasukan ilmu kebudayaan Indonesia ke dalam proses belajar mengajar dengan bentuk Kurikulum Merdeka, maka yang perlu di perhatikan adalah referensi tentang penerapannya beserta detail pelaksanaanya harapannya pemerintah menyediakan contoh konkrit sehingga tidak hanya kabur dan semu pada penerapannya. Karena Tranformasi Ki Hajar Dewantara belum menyampaikan Model dan Strategi Pembelajaran apa yang dapat digunakan untuk menerapkan pendidikan yang memasukan kebudayaan secara detail, jangan sampai kita mengalami kurang kongkrit seperti Zaman Etik dan Kebangunan Nasional, di mana RA Kartini sudah mulai mengandung jiwa nasional dan cita-cita Dokter Wahidin Sudirohusodo sudah membayangkan aliran kultural tapi menurut Ki Hajar Dewantara pada zaman itu organisasi teknik pendidikan dan pengajaran tetap tak berubah.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Dikti, K. R. (2022). Pidato Sambutan Ki Hadjar Dewantara. Dewan Senat Universitas Gadjah Mada, 7 November 1956. pp. 1-10.

Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003. (2003). Jakarta.

Zuriah, N. (2019). Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan. Jakarta: Bumi Aksara.

 

Posting Komentar untuk "ARGUMEN KRITIS GERAKAN TRANSFORMASI KI HAJAR DEWANTARA"