Blogger Jateng

Pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara

Sumber : https://arsip.ugm.ac.id/2014/12/03/19-desember-1956/

Sebelumnya bapak/ibu telah melaksanakan yang namanya refleksi diri tentang profil diri bapak/ibu dan peran bapak /ibu sebagai guru melalui pemantik dari pemikiran Ki Hajar Dewantara. Jika belum dapat di membaca ini terlebih dahulu Mengenal Diri dan Peran sebagai Guru

Jadi, apa saja pemikiran-pemikiran dari Ki Hajar Dewantara ?

Mari kita ikuti penjelasan singkat berikut ini,

Jadi, catatan pemikiran Ki Hajar Dewantara terarsip dengan baik pada naskah pidato sambutan beliau dihadapan Dewan Senat Universitas Gadjah Mada tahun 1956.

Isi pidatonya adalah pertama, beliau menyinggung tentang kebudayaan dari barat yang masuk ke masyarakat Indonesia. Ki Hajar Dewantara menyampaikan bahwa perkembangan ini perlu dimaknai dengan 4 ukuran yaitu sifat, bentuk, isi dan irama. Sejatinya, "sifat" dan "bentuk"  manusia atau masyarakat timbul karena pengaruh kodrat alam, sedangkan "isi"  dan "irama"  hubungannya dengan perkembangan zaman. 

Sifat maksudnya bersumber dari Tuhan,

Bentuk maksudnya terbentuk dari kebudayaan

Isi maksudnya adalah waktu yang ditempati

Irama maksudnya adalah cara menngunaakan segala unsur kebudayaan

Jadi, pada pemikiran pertama yang dikatakan oleh Ki Hajar Dewantara adalah, bahwa pertukaran kebudayaan dengan dunia luar harus kontinuitas dengan alam kebudayaan sendiri, berkonvergensi dengan kebudayaan-kebudayaan lain. Sehingga, jika disatukan maka akan terwujudnya manusia konsentris, artinya bertitik pusat satu dengan alam-alam kebudayaan sedunia, tetapi masih memiliki garis lingkaran sendiri-sendiri. Maka inilah yang dinamakan Bhinneka Tunggal Ika. 

Kedua, beliau memberikan tanggapan atas proses pendidikan yang rumit waktu itu, beliau mengatakan Pendidikan adalah tempat persemaian segala benih-benih kebudayaan yang hidup dalam masyarakat kebangsaan. Hal ini dimaksudkan agar segala unsur peradaban dan kebudayaan tadi dapat tumbuh sebaik-baiknya. Sehingga, nantinya dapat diteruskan kepada anak cucu yang akan datang. Hal inilah dulu yang diterapkan pada pendidikan  sekolah Taman Siswa. 

Beliau mempertegas lagi, bahwa kenapa pemimpin-pemimpin (waktu itu) sekarang tidak hilang dasar-dasar nasionalisnya padahal mereka buah dari pendidikan dan pengajaran di Zaman Belanda. Beliau Ki Hajar Dewantara menyampaikan bahwa ini merupakan buah dari adanya peran keluarga dalam Pendidikan. Sehingga, dulu para pemimpin-pemimpin yang ada masih dapat mengecap suasana kultural dan pengaruh dari segala apa yang terus hidup di dalam berbagai tradisi kebudayaan.

Sejatinya, pendidikan zaman Belanda di Indonesia sebenarnya sama sekali tidak memperhatikan soal pendidikan kebudayaan. Mereka semata-mata mementingkan pengajaran yang intelektulitas serta materialistis. Jadi, dapat disimpulkan bahwa beliau Ki Hajar Dewantara memberikan bukti kalau pendidikan perlu adanya masukan unsur kebudayaan, sehingga tidak terfokus pada intektual dan material saja. Hal ini dibuktikan dengan perwujudan pemimpin-pemimpin bangsa waktu itu yang terus mengalir jiwa nasionalismenya walaupun lahir dari pendidikan kolonial Belanda. 

Baiknya seorang Ki Hajar Dewantara, beliau tidak  memberikan justifikasi tentang pendidikan barat itu jelek, tapi beliau dalam pidatonya menyatakan dan menekankan lagi bahwa pendidikan dan pengajaran secara Barat tidak boleh mutlak kita anggap jelek. Banyak ilmu pengetahuan yang harus kita kejar, sekalipun dengan melalui sekolah-sekolah Barat. Ini tidak mengapa, asalkan kepada anak-anak diberikan pendidikan kultural dan nasioanl, yang semuanya kita tujukan ke arah keluhuran manusia, nusa dan bangsa, tidak memisahkan diri dari kesatuan kemanusiaan.

Pada pidato kedua ini, akhirnya beliau memberikan nasehat bagi seluruh yang hadir dan nasehat ini menjadi dasar perancangan dan pengembangan kurikulum merdeka sekarang. Nasehatnya adalah "didiklah anak-anak kita dengan cara yang sesuai dengan tuntutan alam dan zamannya sendiri. Di samping itu pelajarilah hidup kejiwaan rakyat kita dengan adat istiadatnya, yang dalam hal ini dimaksudkan bukan secara mentah-mentah, namun karena bagi kita adat istiadat itu merupakan petunjuk-petunjuk yang berharga. 

Selanjutnya, isi pidato beliau menyampaikan lebih dalam peran penting keluarga dan hasil pendidikan yang selaras dengan keluarga sangatlah baik. Selain itu, beliau juga menekankan terkait pengajaran yang jangan terlalu berpusat pada orientasi pada intelektual dan material, dalam hal ini bukan berarti tidak menerima tentang sistem barat akan tetapi beliau menekankan bahwa dalam hal ini kita wajib mewujudkan kepada dunia, bahwa kita cukup bebas dan merdeka serta berdaulat untuk memilih sendiri segala apa yang kita perlukan. 

Beliau melanjutkannya dengan mengatakan ambilah sifat-sifat dasar yang ada diseluruh dunia, yang dapat memperkembangkan atau memperkaya kebudayaan nasional kita. Sebaliknya, rakyat kita harus berani, sanggup dan mampu untuk mewujudkan bentuk sendiri, isi sendiri dan irama sendiri, seperti yang diharapkan dari bangsa yang telah memasuki dunia internasional yang memiliki kepribadian. 

Akhirnya, beliau selanjutnya menyampaikan sejarah perjalanan Pendidikan dan Pendidikan Nasioanl serta Kebudayaan. Untuk mengetahui sejarahnya, yuks simak dipostingan selanjtunya. - Perjalanan Pendidikan Indonesia

Bagiamana bapak ibu, apa pemahaman baru yang bapak/ibu dapatkan dari membaca artikel sederhana ini? Semoga mampu memperkuat kita semuanya sebagai guru untuk selalu melakukan praktik yang berpihak pada peserta didik. Terimakasih.

Posting Komentar untuk "Pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara"